12 contoh puisi pendek berdasarkan jenis jenisnya bahasa indonesia kelas 8 4787

12 Contoh Puisi Pendek berdasarkan Jenis-Jenisnya | Bahasa Indonesia Kelas 8

Tahu nggak itu penggalan apa? Yap, bener banget. Itu adalah penggalan dari salah satu teks puisi paling terkenal karya Sapardi Djoko Damono.

Puisi memang memiliki kata-kata yang indah dan sering membuat para pembacanya baper. Puisi sebenarnya dapat kita temui dengan mudah sehari-hari. Bahkan, syair-syair lagu yang indah dan disusun dengan makna yang dalam termasuk ke dalam bentuk puisi, lho.

Berpuisi bukanlah hal yang asing bagi kita. Dengan mendengar dan membaca sesuatu yang dipuisikan, suasana hati pun menjadi lebih damai. Tidak jarang, kalimat-kalimat dalam puisi kerap mewakilkan perasaan kita. Bener nggak?

Nah, kali ini kita akan melihat pengertian puisi secara lebih dekat beserta dengan contoh dan jenis-jenis puisi. Sudah siap? Yuk, simak berikut ini ya.

 

Puisi adalah teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan dari kata-kata. Puisi dapat mengungkapkan berbagai perasaan, mulai dari kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada sang Pencipta yang diungkapkan dalam bahasa indah.

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Puisi kerap dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulis atau penyairnya. Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair ini dirangkai dengan kata-kata yang indah dan berbeda dengan bahasa sehari-hari.

Makna sangat penting bagi suatu karya puisi. Seindah apa pun rangkaian kata-kata yang dibuat, akan menjadi tidak berarti jika maknanya tidak tersampaikan. Maka dari itu, kamu perlu mengetahui beberapa jenis puisi agar dapat lebih memahami maksud dari suatu puisi.

 

Nah, ketika kamu ingin membuat sebuah puisi, kamu perlu mengetahui beberapa ciri puisi berikut ini:

 

Apakah kamu suka membuat atau membaca puisi? (Sumber: Unsplash.com)

 

Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasannya, puisi dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yakni puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif. Yuk, lihat penjelasannya.

 

Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi ke dalam dua macam, yaitu balada dan romansa. 

Puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya Balada Orang-orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie karya WS Rendra. 

 

Jenis puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu elegi, ode, dan serenade.

Puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya Elegi Jakarta karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta.

 

Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk ke dalam jenis puisi deskriptif, misaInya satire dan puisi yang bersifat kritik sosial.

Puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.

Puisi yang juga menyatakan ketidakpuasan penyair terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, tetapi dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.

 

Berdasarkan bentuknya, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu:

Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan, seperti persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, jumlah kata dalam setiap larik, dan musikalitas.

Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh pengaturan dalam penciptaan puisi dan bentuknya lebih bebas.

 

Baca Juga :   Kuliah S1 ke Jepang dengan Beasiswa Asia Bridge Program (ABP) 2022

Terdapat dua unsur pembangun puisi, yaitu unsur fisik dan unsur batin. Lalu, apa perbedaannya, ya? Berikut penjelasan lengkapnya!

Unsur fisik adalah unsur yang dapat langsung dikenali oleh pembaca karena terlihat pada bagian puisi. Unsur fisik puisi dibagi menjadi 4.

 

Unsur batin adalah unsur yang tersembunyi di balik unsur fisik. Untuk memahaminya, harus memahami isi puisi. Unsur batin juga dibagi menjadi 4.

 

Nah, setelah kamu mengetahui tentang pengertian puisi, beserta ciri-ciri, jenis, bentuk, dan unsur pembangunnya, kita akan lanjut ke beberapa contoh puisi dari para penyair terkenal berikut ini. Yuk, perhatikan bersama-sama!

 

Balada Orang-Orang Tercinta

(oleh: WS Rendra)

Kita bergantian menghirup asam

Batuk dan lemas terceruk

Marah dan terbaret-baret

Cinta membuat kita bertahan

dengan secuil redup harapan

Kita berjalan terseok-seok

Mengira lelah akan hilang

di ujung terowongan yang terang

Namun cinta tidak membawa kita

memahami satu sama lain

Kadang kita merasa beruntung

Namun harusnya kita merenung

Akankah kita sampai di altar

Dengan berlari terpatah-patah

Mengapa cinta tak mengajari kita

Untuk berhenti berpura-pura?

Kita meleleh dan tergerus

Serut-serut sinar matahari

Sementara kita sudah lupa

rasanya mengalir bersama kehidupan

Melupakan hal-hal kecil

yang dulu termaafkan

Mengapa kita saling menyembunyikan

Mengapa marah dengan keadaan?

Mengapa lari ketika sesuatu

membengkak jika dibiarkan?

Kita percaya pada cinta

Yang borok dan tak sederhana

Kita tertangkap jatuh terperangkap

Dalam balada orang-orang tercinta

 

Tangis

(oleh: WS Rendra)

Ke mana larinya anak tercinta

yang diburu segenap penduduk kota?

Paman Doblang! Paman Doblang!

la lari membawa dosa

tangannya dilumuri cemar noda

tangisnya menyusupi belukar di rimba.

Sejak semalam orang kota menembaki

dengan dendam tuntutan mati

dan ia lari membawa diri.

Seluruh subuh, seluruh pagi.

Paman Doblang! Paman Doblang!

Ke mana larinya anak tercinta

di padang lalang mana

di bukit kapur mana

mengapa tak lari di riba bunda?

Paman Doblang! Paman Doblang!

Pesankan padanya dengan angin kemarau

ibunya yang tua menunggu di dangau

Kalau lebar nganga lukanya

Kalau kotor warna jiwanya

Ibu cuci di lubuk hati

Cuma ibu yang bisa mengerti

Ia membunuh tak dengan hati

Kalau memang hauskan darah manusia

Suruhlah minum darah ibunya

Paman Doblang! Paman Doblang!

Katakan, ibunya selalu berdoa

Suruh ingat marhum bapanya

Yang di sorga, di imannya

Dan di dangau ini ibunya menanti

dengan rambut putih dan debar hati

Paman Doblang! Paman Doblang!

Kalau di rimba rembulan pudar duka

Katakan, itulah wajah ibunya

 

Aku Ingin

(oleh: Sapardi Djoko Damono)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

 

Lagu Gadis Itali

(oleh: Sitor Situmorang)

Kerling danau di pagi hari

Lonceng gereja bukit Itali

Jika musimmu tiba nanti

Jemputlah abang di teluk Napoli

Kerling danau di pagi hari

Lonceng gereja bukit Itali

Sedari abang lalu pergi

Adik rindu setiap hari

Kerling danau di pagi hari

Lonceng gereja bukit Itali

Andai abang tak kembali

Adik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggur

Pasir teduh di bawah nyiur

Abang lenyap hatiku hancur

Mengejar bayang di salju gugur

1955

 

Baca Juga :   Cari Tahu 5 Negara Adidaya dan Kondisinya Saat Ini

Elegi Jakarta

(oleh: Asrul Sani)

Pada tapal terakhir sampai ke Yogya,

bimbang telah datang pada nyala

langit telah tergantung suram

Kata-kata berantukan pada arti sendiri

Bimbang telah datang pada nyala

dan cinta tanah air akan berupa

peluru dalam darah

serta nilai yang bertebaran sepanjang masa

bertanya akan kesudahan ujian

 

O jenderal, bapa, bapa

tiadakah engkau hendak berkata untuk kesekian kali

ataukah suatu kehilangan keyakinan

hanya akan tetap tinggal pada titik-sempurna

dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara

akan hilang ditiup angin

ia berdiam di pasir kering

 

Serenada Kelabu

(oleh: WS Rendra)

Bagai daun yang melayang.

Bagai burung dalam angin.

Bagai ikan dalam pusaran.

Ingin kudengar beritamu!

 

Ketika melewati kali

terbayang gelakmu.

Ketika melewati rumputan

terbayang segala kenangan.

Awan lewat indah sekali.

Angin datang lembut sekali.

Gambar-gambar di rumah penuh arti.

Pintu pun kubuka lebar-lebar.

Ketika aku duduk makan

kuingin benar bersama dirimu.

 

Puisi termasuk karya sastra yang banyak disukai karena penggunaan bahasanya yang indah. (Sumber: Unsplash.com)

 

Serenada Biru

(oleh: WS Rendra)

I

Alang-alang dan rumputan

bulan mabuk di atasnya.

Alang-alang dan rumputan

angin membawa bau rambutnya.

II

Mega putih

selalu berubah rupa.

Membayangkan rupa

yang datang derita.

III

Ketika hujan datang

malamnya sudah tua:

angin sangat garang

dinginnya tak terkira.

 

Aku bangkit dari tidurku

dan menatap langit kelabu.

 

Wahai, janganlah angin itu

menyingkap selimut kekasihku!

 

Ode buat Proklamator

(Oleh: Leon Agusta)

Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dia kembali

Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkannya sebuah negeri; dalam lumpur dan lumut, dengan api menyapu kelam menjadi untaian permata hijau di bentangan cahaya abadi; yang senantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi; menguak kabut mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan arah topan, menjelmakan impian demi impian

Dengan seorang sahabatnya, mereka tanda tangani naskah itu!

Mereka memancang tiang bendera, merobah nama pada peta, berjaga membacakan sejarah, mengganti bahasa pada buku. Lalu dia meniup terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma

Kini kita ikut membubuhkan nama di atas bengkalainya;

meruntuhkan sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan

Perang saudara mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan, di sawah terbuka yang sakti

Kata berpasir di bibir pantai hitam

dan oh, lidahku yang terjepit, buih lenyap di laut bisu

derap suara yang gempita cuma bertahan atau menerkam

Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali

bersama gemuruh cinta yang membangunkan sejuta rajawali

Tak mengelak dalam bercumbu, biar di ranjang bara membatu

Tak berdalih pada kekasih, biar berbisa perih di rabu

Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya tak pudar B

agi negeriku, bermimpi di bawah bayangan burung garuda

(1979)

 

Diponegoro

(oleh: Chairil Anwar)

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditinda

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang.

Februari 1943

 

Baca Juga :   Cara Menulis dan Menyatakan Hari, Tanggal, Bulan, Tahun dalam Bahasa Inggris | Bahasa Inggris Kelas 7

Negeriku

(oleh: Gus Mus)

Mana ada negri sesubur negeriku

Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi dan gedung

Prabot-prabot orang kaya di dunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku

Ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku

Emas dan perak, perhiasan mereka digali dari tambangku

Air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku

Mana ada negri sekaya negeriku

Majikan-majikan bangsaku memiliki buruh-buruh mancanegara

Brangkas-brangkas Bank ternama dimana-mana menyimpan harta-hartaku

Negriku menumbuhkan konglomera dan mengikis habis kaum melarat

Rata -rata pemimpin negriku dan handai tolannya terkaya didunia

Mana ada negri semakmur negeriku

Penganggur-penganggur diberi perumahan, dan pensiunan setiap bulan

Rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan

Rampok-rampok di beri rekomendasi, dengan kop sakti instansi

Maling-maling di beri konsensi

Tikus dan kucing dengan asik berkorupsi

 

Di Negeri Amplop

(oleh: Gus Mus)

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri

Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

memutuskan putusan yang tak putus

membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

mencairkan dan membekukan

mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa napsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja 

 

Aku Tulis Pamplet Ini

(oleh: WS Rendra)

Aku tulis pamplet ini

karena lembaga pendapat umum

ditutupi jaring labah-labah.

Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,

dan ungkapan diri ditekan

Apa yang terpegang hari ini

bisa luput besok pagi.

Ketidakpastian merajalela.

Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki

menjadi marabahaya

menjadi isi kebon binatang.

 

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,

maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam.

Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.

Tidak mengandung perdebatan

Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan.

 

Aku tulis pamplet ini

karena pamplet bukan tabu bagi penyair.

Aku inginkan merpati pos.

Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku.

Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

 

Aku tidak melihat alasan

kenapa harus diam tertekan dan termangu.

Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.

Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

 

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?

Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.

Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

 

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.

Rembulan memberi mimpi pada dendam.

Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

 

yang teronggok bagai sampah.

Kegamangan. Kecurigaan.

Ketakutan.

Kelesuan.

 

Aku tulis pamplet ini

karena kawan dan lawan adalah saudara.

Di dalam alam masih ada cahaya.

Matahari yang tenggelam diganti rembulan.

Lalu besok pagi pasti terbit kembali.

Dan di dalam air lumpur kehidupan,

aku melihat bagai terkaca:

ternyata kita, toh, manusia!

 

Referensi:

Kosasih, E. 2017. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Sumber Gambar:

 

Artikel ini diperbarui pada 27 September 2022 oleh Dinda Silviana Dewi.